Pages

Sunday, January 5, 2014

Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan

            Ilmu pengetahuan merupakan dua kata yang lazim digunakan dalam pengertian sehari hari. Dalam membicarakan “pengetahuan” saja akan menghadapi berbagai masalah. Seperti kemampuan indera dalam memahami fakta pengalaman dan dunia relitas,hakikat pengetahuan, kebenaran. Kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan, dan sebagainya. Kesemuana telah lama dipersoalkan oleh para filasafat seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, dimana teori pengetahuan merupakan cabang atau sistem filasafat. Oleh J.P. Farrier dalam isntitutes of metaphisics (1854), pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut “epistemologi” (epitstem = pengetahuan, logos = pembicaraan/ilmu).

            Sekarang ini ilmu pengetahuan haruslah ditingkatkan demi menyonsong masa depan dalam memanfaatkan sumber daya alam, dan bagaimana memanfaatkan daya untuk membasmi kemiskinan. Pada dasarnya di dalam ilmu pengetahuan adahal yang disebut dengan teknologi. Karena teknologi adalah penerapan yang akan menyonsong masa depan cerah seperti halnya yang saya sebutkan tentang ilmu pengetahuan tadi. Teknologi sangat akan bermanfaat bagi kita nanti, dimana teknologi akan dapat mempermudah pekerjaan manusia dan kehidupannya, namun disamping itu. Teknologi juga mempunyai dampak sosial yang sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri.

            Atas perkembangan teknologi manusia akan menghadapi tiga krisis sekaligus, yaitu. Pertama, sifat kemanusiaan berontak terhadapap pola-pola politik, organisasi, dan teknologi yang berprikemanusiaan, yang terasa menyesakkan napas dan melemahkan badan. Kedua, lingkungan hidup menderita dan menunjukkan tanda-tanda setengah binasa. Ketiga, penggunaan sumber daya yang tidak dapat dipulihakan, seperti bahan bakar fosil, yang semakin lama semakin menipis, dan alhasil akan menyebabkan manusia akan mengalami kekurangan sumber daya tersebut.

            Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan memperoleh kemeredekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

            Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian yang tidak dapat ddibebaskan ataupun dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdependensi, dan ramifikasi (percabangan). Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah kompleks yang kompleks ini memerlukan studi yang mendalam dan analisis interdisipliner kalau tidak mau mencampurpadukan unsur-unsur sintesis dengan sintesisnya.

 

A. Ilmu Pengetahuan

            Banyak arti dari kalangan ilmuwan tetang pengetian “ilmu pengetahuan”. Menurut Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetaahuan yang dapat diindrai dan dapat merangsang budi. Menurut Decartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi. Menurut Bacon dan David Home, pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut Immanuel Kant, pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman. Dan Menurut Teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalam ilmu pengetahuan.

            Dari berbagai pandangan tentang ilmu pengetahuan saya berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan adalah sebuah atau kumpulan hal yang diketahui seseorang dan bersumber dari pengalaman, kenyataan, idem akal pikiran, serta budi yang didapatkan dimana saja dan kapan saja.

            Untuk mendapatkan pengetahuan ilmia yang obyektif dibutuhkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah itu meliputi :
   - Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih dalam mencapai ilmu pengetahuan.
   - Selektif dalam memilih hipotesis yang ada
   - Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah
   - Mencapa kepastian maksimal terhadap teori, pendapat, maupun aksioma terdahalu.

 

B. Teknologi

            Teknologi itu merupakan suatu hasil ciptaan dari ilmu pengetahuan yang memiliki otonomi dalam mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jasques Ellul dalam tulisannya berjudul “The Technological Society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun arti atau maksudnya sama. Menurut Ellu, teknik adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandardisasi dan diperhitungkan sebelumnya.

            Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
   - Rasionalitas, tindakan spontak yang diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
     perhitungan rasional.
   - Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
   - Otomatisme, sesuatu yang bergerak secara otomatis dengan rumusan yang telah ditentukan.
   - Teknis berkembang dalam suatu buadaya
   - Monisme, semua teknik saling berketergantungan.
   - Universalisme, teknik dapat melampaui batas batas kebudayaan dan menguasai kebudayaan.
   - Otonomi, teknik selalu berkembang dengan prinsip sendir-sendiri.

 

C. Kemiskinan

            Kemiskinan merupakan kata yang lazim, yaitu dikatakan sebagai kurangnya pendapatan untuk emenuhi kebutuhan yang pokok. Dan digaris bawahi sebagai pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, itulah yang dikatakan kemiskinan.

            Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, biasanya dipengaruhi oleh tiga hal :
- Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang ingin dia kehendaki
            jika dicontohkan, kebutuhan seorang pegawai negeri yang mapan sangat berbeda dengan kebutuhan petani.
- Posisi manusia dan lingkungan sekitanya
            Jika sesorang tinggal dilingkungan yang memiliki pendapatan yang lebih pastilah mereka akan ingin seperti tetangga-tetangganya, dan tidak ingin terlalu kalah. Maka dari itu tempat tinggal manusia dan lingkungannya juga berpengaruh.
- Kebutuhan obyektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
            Setiap manusia selalu mempunyai keinginan yang berbeda, terkadang kebutuhan yang dianggap sekunder oleh orang lain bisa saja dianggap kebutuhan primer baginya.

0 comments:

Post a Comment