A. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat yang mengandung makna subjek melakukan predikat. Umumnya subjek berada di depan predikat. Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya aktif melakukan kegiatan atau aktifitas. Atau kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai pelaku.
2. Predikatnya berawalan me- atau ber-.
Kalimat aktif terdiri dari dua:
Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang memiliki objek.
· Saya menendang bola.
· Dia memanjat pohon.
· Kamu menggunting kertas.
· Mereka melempar batu.
· Kami mengerjakan PR.
· Ayah membeli daging.
· Kadir merayu gadis desa.
· Robby bermain bola.
· Bang Jajang bertemu Juminten.
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memiliki objek.
· Dia tidur.
· Roni berenang.
· Saya bernyanyi.
· Kalian berlari.
· Mereka berjalan.
· Kami sedang mandi.
· Adik menangis.
· Umar berantem.
B. Kesalahan Kalimat
Berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat, usaha membuat kalimat yang benar, dan pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan kalimat merupakan pengetahuan yang tidak dapat diabaikan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan sebuah kalimat itu salah.
a. Ejaan
Ejaan adalah cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan bahasa
dalam bentuk tulisan.[10] Dengan demikian ejaan mempunyai kedudukan yang amat
penting dalam bahasa tulis karena ia dapat mempengaruhi cara seseorang
mengucapkan atau melafalkan bahasa tertulis tersebut.
Contoh:
1. Ibu sudah pergi.
2. Ibu sudah pergi?
Kedua kalimat di atas walaupun terdiri atas kata-kata yang sama, keduanya memiliki maksud berbeda karena perbedaan tanda ejaan yang digunakan. Kalimat pertama diakhiri dengan tanda titik sehingga mengandung makna berita, sedangkan kalimat kedua diakhiri dengan tanda tanya sehingga bermakna sebuah pertanyaan.
Pada dasarnya kesalahan ejaan tidak selalu menimbulkan kesalahan makna.
Contoh:
1. Peserta lokakarya bahasa berjumlah limapuluh orang.
2. Pihak majikan harus menjaga kwalitas hasil produksi perusahaannnya.
3. Di tempat itupun terdapat rumah-rumah penduduk biasa.
4. Putranya yang ungsu sekarang kuliah di I.A.I.N.
Semua kalimat-kalimat di atas salah ejaannya. Tetapi, coba bandingkan dengan kalimat-kalimt yang sudah dibenarkan ejaannya di bawah ini, sebagai berikut:
1. Peserta lokakarya bahasa berjumlah lima puluh orang.
2. Pihak majikan harus menjaga kualitas hasil produksi perusahaannya.
3. Di tempat itu pun terdapat rumah-rumah penduduk biasa.
4. Putranya yang bungsu sekarang kuliah di IAIN.
Jika kita lihat makna kalmat-kalimat di atas sama benar dengan kalimat-kalimat terdahulu, tetapi kelompok kalimat pertama adalah kalimat-kalimat yang ejaannya salah, sedangkan kelompok kalimat kedua adalah kekompok kalimat yang ejaannya benar.
b. Kata
Setelah ejaan, faktor lain yang dapat menyebabkan kesalahan kaliamt
adalah kata. Kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu bahasa
karena kata menjadi unsur utama pembangun sebuah kalimat.
C. Penalaran Kalimat
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :
INDUKTIF
induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Masih kurang puas dengan definisi tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif.
Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah difahami? Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:
Ciri-ciri Paragraf Induktif
· Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
· Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
· Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
·
Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
· Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
· Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
· Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
CONTOH :
· -Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
· -Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
DEDUKTIF
deduktif adalah contoh suatu
paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas.
Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau
lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya
berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar
“dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang.
Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu
menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat
itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.
D. Kehematan Atau Ekonomis Bahasa
Kehematan Kata, Yang dimaksud dengan unsur kehematan dalam kalimat efektif yaitu hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak diartikan harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria unsur kehematan yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Penghematan dapat dilakukan dengan
cara menghilangkan pengulangan subjek.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata.
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
bermakna ‘banyak’.
Contoh:
- Karena ia tidak diundang, dia
tidak datang. (kata Ia dibuang)
- Kapal itu berlabuh hari Senin kemarin. (kata
hari dibuang)
- Sejak dari pagi mereka naik ke atas loteng. (kata
dari dan atas dibuang)
- Beberapa teman-temannya diundang dalam pesta ulang tahunnya.
(kata beberapa dibuang).
E. Daftar Konjungsi Bahasa
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
1. Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
(a) menggabungkan biasa,
yaitu dan, dengan, serta.
(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun,
sedangkan, sebaliknya.
(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula,
apalagi, jangankan.
(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian,
selanjutnya.
(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah,
bahwa, ialah.
(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh
sebab itu.
2. Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
(a)
menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.
Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
1. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
· dan penanda hubungan penambahan
· serta penanda hubungan pendampingan
· atau penanda hubungan pemilihan
· tetapi penanda hubungan perlawanan
· melainkan penanda hubungan perlawanan
· padahal penanda hubungan pertentangan
· sedangkan penanda hubungan pertentangan
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
(a) Dia
menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.
2. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
- Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
- Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
- Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
- Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
- Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
- Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
- Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
- Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
- Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
- Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
- Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
- Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
- Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada).
F. Daftar Proposisi Bahasa
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat, dengan kata lain proposisi adalah penyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat.
Bentuk umum proposisi adalah Kuantor + Subjek + Kopula + Predikat.
Contoh :
Kalimat Biasa >>>
Semua manusia fana
Ternyata masih ada manusia biadab.
Proposisi Logika >>> Semua
manusia adalah fana.
Sebagian manusia adalah biadab.
Proposisi disederhanakan menjadi empat jenis dengan lambang A, E, I, O.
· A adalah proposisi universa afirmatif. Contohnya, “Semua filsuf adalah manusia” (Semua SUBJEK (S) adalah PREDIKAT (P) atau semua S = P).
· E adalah proposisi universal negatif. Contohnya, “Tak seorang pun filsuf adalah kera” (Semua SUBJEK (S) tidaklah PREDIKAT (P) atau semua S tidak sama dengan P)
· I adalah proposisi partikular afirmatif. Contohnya, “Sebagian manusia adalah filsuf” (Sebagian SUBJEK (S) adalah PREDIKAT (P) atau sebagian S = P)
· adalah proposisi partikular negatif. Contohnya, “Sebagian manusia bukanlah filsuf” (Sebagian SUBJEK (S) bukan PREDIKAT (P) atau sebagian S tidak sama dengan P).
SUMBER :
· https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kalimat_Aktif
· http://dianadiperdana.blogspot.co.id/2013/04/kalimat-efektif-dan-kesalahan-kalimat_1918.html
· http://achprim.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
· http://febrianiega.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-penalaran-deduksi-dan-induksi_28.html
· https://kelasmayaku.wordpress.com/2012/08/11/kata-penghubung-konjungsi/
0 comments:
Post a Comment