Tema : Alasan Film Produksi Jarang diproduksi di Indonesia
Judul : Beberapa Alasan Film Aksi Jarang diminati Rumah Produksi
Dalam akhir-akhir tahun ini, jika kita sering perhatikan perfilman Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah film bergenre komedi, horor, drama, ataupun biografi. Jarang sekali kita melihat bioskop menampilkan film bergenre aksi buatan dalam negri. Film genre aksi yang sering kita temui di bioskop kebanyakan buatan luar negri. Lalu apakah faktor yang mempengaruhi film aksi ini jarang di minati oleh Rumah Produksi ? berikut beberapa alasannya.
Biaya Produksi Yang Terlalu Besar
Pembiayaan film action jelas lebih mahal dibandingkan dengan film drama, komedi atau film dengan genre horor. Beberapa hal yang membuat budget lebih mahal adalah penggunaan properti yang digunakan. Film aksi biasanya akan menggunakan properti seperti mobil untuk pengambilan gambar di jalanan, dan tentu saja mobil itu dalam beberapa kejadian akan dibakar atau diledakkan. Jika kita bandingkan beberapa film, contohnya sesuai dengan kutipan situs www.mdentertainment.co film “Habibie & Ainun” biaya produksi dan promosi film ini sampai menghabiskan 13 Miliar Rupiah, sedangkan film “The Raid 2: Berandal” sesuai yang dikutip disitus www.tabloidbintang.com biayanya menghabiskan sekitar 54 Milliar Rupiah. Perbedaannya sangat signifikan bukan ?
Kru Film Aksi Lebih Banyak
Film jenis aksi akan memerlukan banyak kru, ini dikarenakan ada tambahan kru bagian aksi dibawah koordinasi seorang Stunt Coordinator. Dalam departemen ini terdapat setidaknya beberapa posisi seperti penata laga ( fight choreographer ), stuntman dan fighter. Belum lagi departemen special fx untuk membuat efek-efek ledakan atau efek-efek tembakan.
Waktu Produksi Film Action Lebih Lama
Film jenis aksi tentu saja memerlukan waktu yang lebih lama dari film genre drama, karena film jenis aksi bisa membutuhkan waktu tambahan seperti koreografi untuk fight. Waktu koreografi itupun lumayan lama, contohnya film “The Raid” waktu koreografinya saja bisa menghabiskan waktu selama 4 bulan.
Post Produksi Film Aksi Lebih Lama
Selesai syuting tentu saja perjuangan belum selesai, proses selanjutnya akan memasuki tahap editing, grading, mixing dan beberapa komponen editing lainnya. Disini pula peran visual effect diperlukan untuk menciptakan efek-efek darah, tembakan, pecahan kaca, dan lain-lainnya. Dan proses ini memerlukan waktu yang cukup lama.
Dari beberapa alasan itulah, tidak heran jika Rumah Produksi jarang mengambil film aksi, disamping itu faktor modal dan keuntungan juga mempengaruhi minat Rumah Produksi. tapi di akhir-akhir tahun ini semenjak melejitnya film “The Raid” beberapa rumah produksi juga sudah berani memproduksi film aksi, beberapa film aksi yang sukses adalah film “Killers”, “Skak Mat”, sampai “Comics 8” yang sudah mengeluarkan 3 chapter. Semoga film aksi di Indonesia bisa bersaing dengan film luar negeri.